Selasa, 25 Agustus 2009

Membincangkan Teroris

Pakistan sedang memerangi para teroris. Kaum radikal Islam di Negara Pakistan berkolaborasi dengan pejuang Thaliban Afghanistan, sepertinya tidak kenal menyerah, meski mendapat tekanan Pemerintah Pakistan. Mereka terus mengobarkan jihad dengan tujuan nilai-nilai Islam dapat ditegakkan sebagaimana yang mereka yakini kebenarannya.
Fenomena jihad untuk menegakkan syariah Islam, nampaknya tumbuh pula di Indonesia. Kelompok-kelompok yang menghendaki syariah Islam tegak di bumi Indonesia tumbuh sejak awal-awal Indonesia merdeka. Mereka ini memiliki faham Islam yang sangat fundamental. Mereka yang radikal ini di duga terlibat dalam jaringan teroris. Cap stempel, kelompok Islam Radikal adalah teroris, seperti tak terelakkan.
Seiring runtuhnya Uni Sovyet sebagai kekuatan penyeimbang atas dominasi Amerika Serikat dan sekutunya. Praktis Amerika menjadi superpower yang demikian mendominasi hegemoni politik, sosial dan ekonomi dunia. Ideologi Amerika Sekirat yang liberal, neo imperialis dan sekuler mencoba di cengkeramkan di dalam negara-negara Islam.
Perang Ideologi
Akibat yang terelakkan, sebagian tokoh-tokoh Islam di negra-negara Islam itu tidak menerima idelologi AS. Maka, perang ideologi seperti tidak dapat terelakkan dan abad ini perang ideoogi (Islam dan Liberal) seperti mendapatkan memontumnya. Faham Negara-Negara Barat, Amerika Serikat dan sekutunya yang liberal, kapitalis dan neo imperialis, memiliki tantangan tersendiri dengan ideologi yang berasal dari nilai- nilai agama terutama Islam yang sedemikian kuat dianut oleh kaum fundamentalis Islam.
Pada nyatanya, memang masih terdapat keinginan kuat yang berurat berakar bahwa ideologi harus tumbuh subur diperjuangkan oleh mereka yang radikal di negara-negara yang berpenduduk Islam. Mereka memiliki keyakinan, Syari'ah Islam sebagai peraturan hukum yang paling adil. Hal ini mereka perjuangkan dengan dasar fi kalimatillah "Laa ilaahaillah" Tiada Tuhan selain Allah. Keyakinan yang sedemikian radikal tersebut menjadikan mereka sulit untuk diajak berdialog, termasuk dengan kalangan ISlam di luar kaum mereka.
Amerika Serikat beserta sekutunya adalah kafir. Kaum kafir pasti memusuhi Islam. Kaum kafir pasti tidak kenal putus asa untuk menjebak umat muslim agar terperdaya, jadi budak kafir, paling tidak adalah mempengaruhi kehidupannya agar sejalan dengan ideologi kaum kafir yang mengagung-agungkan nilai keduniawiaannya tinimbang nilai -nilai ukhrowi yang bersumber dari wahyu Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Perkasa.
Perbedaan ideologi yang sangat mencolok itu, jelas sulit untuk didialogkan. Maka, sampai kapanpun radikalisme yang bersumber dari ideologi agama sulit untuk mati, justru semakin keras dalam memerangi semakin kuat keyakinan itu untuk tumbuh.
Reaksi Kelompok Radikal
Ketika kita menyaksikan sesuatu yang dianggap sebagai simbul kaum kafir (Barat) di bom. Itu adalah sebuah reaksi keras, pernyataan perang kelompok radikal terhadap siapapun yang menjadi koleganya Negara Barat. Hotel Legian (Kasus Bom Bali) dan bom Hotel JW Mariot adalah simbul -simbul ideologi Barat di Indonesia, maka lokasi itu beserta yang ada di dalamnya menjadi target untuk dihancurkan.
Persoalannya, jika di Negara RI ini masih banyak simbul-simbul Barat, maka pengeboman itu sewaktu-waktu akan terjadi lagi, yakni, selama teroris itu masih berada di wilayah Indonesia.
Peran yang dapat diambil para ulama adalah memberikan penyadaran pada kelompok-kelompok yang disinyalir memiliki pemahaman yang radikal, yakni, mengkampanyekan Islam sebagai agama yang memiliki nilai-nilai luhur mencintai kedamaian dan ketentraman dan sangat anti kekerasan.
Radikalisme di Indonesia
Namun, jika kita bercermin pada masa Indonesia menjadi negeri jajahan Belanda (Bangsa Kafir). Betapa besar peran kaum agama (Ulama) dalam menggelorakan semangat berperang melawan Belanda. Tentu saja Bangsa Belanda memberi stempel; para pejuang itu dengan sebutan ekstrimis, kalau sekarang ini disebut para teroris.
Para ulama ketika itu, memberikan fatwa bahwa para penjajah itu Belanda dan Jepang sebagai Teroris yang jahat, merampas hak hidup kaum Islam Indonesia maka, perang adalah jawabannya.
Perang Padri adalah perang yang dikobarkan oleh kaum Padri yang dipimpin ulama besar Tuanku Imam Bonjol. Betapa keras perang itu, sampai Belanda (VOC) hampir bangkrut. Perang Diponegoro di Jawa adalah perang yang sangat merepotkan penjajah Belanda. Diponegoro adalah selain sebagai bangsawan juga sebagai seorang yang memiliki pemahaman agama yang sangat kuat.
Perang Kemerdekaan, misalnya, Jendral Sudirman, juga dikenal sebagai orang yang memiliki pemahaman agama yang sangat kuat, sehingga Agresi Belanda terhadap Republik Indonesia adalah sebuah kemunkaran, maka perang adalah jawaban atas kedholiman yang diperagakan oleh Belanda.
Bung Tomo, ketika menggerakkan rakyat Surabaya untuk berperang dengan tentara sekutu pimpinan Jundral Malabi ternyata menggunakan simbul-simbul agama Islam, "teriakan Takbir Allah Akbar" sebagai alat untuk menyemangati perang tersebut. Dan hasilnya, sekutu dipukul mundur dan Malabi mati dimedan perang.
Para Ulama itu sebagai pejuang yang memiliki jiwa anti penjajahan dan perang sebagai keniscayaan akibat negara dan harga dirinya sebagai anak bangsa diinjak-injak.
Pada awal-awal Indonesia Merdeka, kelompok-kelompok faham-faham radikal juga berusaha memperjuangkan ideologinya menjadi dasar negara. Bahkan kelompok ini berusaha memaksa Republik Indonesia tunduk dengan faham yang dianutnya. Kelompok DII/TII Karto Suwiryo dan Kahar Muzakar adalah contoh radikalisme Islam memaksakan kehendak agar Indonesia menjadi Negara "Darul Islam", yakni negara yang berdiri berdasarkan nilai-nilai Islam. Kelompok ini dalam perjuangannya juga menggunakan aksi teror sebagai alat perjuangannya. Maka, pada pengertian sekarang kelompok ini dapat dikategorikan sebagai teroris.
Radikalisme kaum Komunis Indonesia yang berjuang menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Kekerasan dan pembunuhan terhadap kaum agama sebagai musuh utamanya adalah alat perjuangan mereka untuk menegakkan ideologi. Mereka pun dapat dianggap sebagai teroris. Menuru pemahaman saya, setiap kelompok yang menggunakan aksi teror sebagai alat perjuangan, maka mereka adalah teroris.
Meski demikian, sangat berbeda antara Ulama di dalam perjuangan Indonesia Merdeka dengan kaum teroris, karena mereka tidak jelas pada target yang diperjuangkan karena tidak memiliki tautan wilayah yang jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HTML http:www.Fathurohman69@yahoo.com>