
Menyimak pidato Presiden SBY pada acara pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI, Selasa (19/okt) yang berlangsung di Balai Sidang MPR/DPR RI, ada sesuatu yang membikin surprise. Pidatonya yang runtun dengan aksentuasi yang cukup jelas, bikin betah orang untuk menyimak pidatonya.
Beberapa hal dalam isi pidatonya yang dapat aku simak dengan baik adalah ketegasan Presiden SBY yang menyatakan Indonesia sebagai negara yang non blok, menjalankan politiknya secara bebas dan aktif. Indonesia mendorong terjadinya reformasi dalam kaitannya dengan perubahan global dan pemanasan global.
Tergabungnya Indonesia dalam G-20 merupakan langkah awal Indonesia mendorong Dunia baru yang lebih berkeadilan.
Sementara dalam programnya untuk perbaikan kesejahteraan bagi rakyat selama lima tahun kedepan, nampaknya masih seperti program lima tahun yang lalu, namun akan berusaha untuk lebih ditingkatkan. Seperti, peningkatan mutu atau kwalitas pendidikan secara nasional. Dalam hal ini pemerintah akan mengupayakan peningkatan kesejahtreraan bagi guru dan dosen. Anggaran pendidikan yg semakin besar, merupakan upaya nyata pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidik dan anak didik.
- Nampaknya rasa optimisme Indonesia yang menunjukkan ke arah yang lebih baik dapat kita simak pula, yakni, : ketika Wakil Presiden Yusuf Kalla, yang pada hari itu telah habis masa jabatannya. JK bersedia duduk bersandingan dengan Wakil Presiden terpilih Prof. Budiono. Dan keduanya merasa tidak terbebani dengan susana politik yang telah lalu, di mana Pak JK menjadi kompetitornya pasangan SBY - Budiono. Ia mencalonkan diri sebagai presiden yang diusung dari Partai Golkar. Usai itu, Mereka nampak akrab dan saling menebar senyum ketulusan. Bahkan JK juga nampak memberikan apresiasi yang legawa ketika Presiden SBY menyampaikan pidato di depan anggota MPR/DPR RI dan tamu undangan.
- Ketua MPR, Taufik Kiemas, sebagai salah satu tokoh sentral dariPDI perjuangan yang memimpin sidang pada acara itu, juga nampak menikmati posisinya sebagai pemimpin sidang. Taufik Kiemas tidak menunjukkan sebagai tokoh oposan, tetapi justru menunjukkan sikap hangat kepada SBY. Meski garis partainya telah mengabil sikap sebagai oposisi pemerintah. Namun belakang sikap itu sedikit diperlembut dengan pernyataan Puan Maharani, putri Mega-Taufik Kiemas yang juga sebagai anggota DPR dari PDI Perjuangan dihadapan para wartawan, "Sistem presidentil tidak mengenal oposisi. Tetapi PDI P akan bersikap kritis kepada kebijakan pemerintah, jika kebijakan itu tidak pro rakyat."
- Kehadiran para kepala negara tetangga antara lain PM Australia, PM Timor Leste, PM Malaysia dan Sultan Brunai Darussalam serta utusan-utusan dari negara-negara sahabat, menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang masih cukup diperhitungkan oleh negara-negara sekawasan atau belahan negara lainnya. negara yang demikian besar ini, ternyata mampu melalui pergantian presiden lewat pemilu yang demoratis dan penuh ketertiban dan aman.
- Susunan Kabinet, nampak beberapa wajah lama yang masih di minta preisden SBY sebagai menteri. Mereka adalah orang2 kepercayaan SBY. Misal, Sudi Silalahi, Hatta Rajasa, Sri Mulyani, Andi Malarangeng. Kemudian Mitra Koalisi dari partai pengusung SBY - Budiono, Suryadarma Ali, Tifatul Sembiring, Muhaimin Iskandar. Nampaknya SBY bukan tipe pemimpin yang "ingkar janji". Jatah itu mesti tetap harus diberikan kepada parpol yang telah nyata mengusung dirinya hingga terpilih sebagai presiden yg kedua kalinya. Koalisi dan balas budi ini secara etika politik, jelas menunjukkan etika politik yang high clas (mengambil istilah Amin Rais). Meski demikian, koalisi ini rapuh atau tidak sangat bergantung trend politik di masa akan datang. Perjalanan politik selama lima tahun, kadang-kadang sulit untuk diprediksi. Berbagai kejadian politik dan perubahan politik bisa terjadi, dan itu bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Menurut beberapa pengamat politik, suasana kedewasaan politik, sbagaimana yg telah ditunjukkan para tokoh pada sidang paripurna dan pelantikan Preisden dan Wakil Presiden 2009 - 2014, ini merupakan titik awal yang sangat baik bagi bangsa Indonesia. Tentunya ini sebagai modal awal bagi Presiden dan Wakil Presiden menjalankan roda pemerintahan lima tahun ke depan.
Yang jelas, sebagai rakyat, mengharapkan pemerintah dibawah kepemimpinan SBY-Budiono benar-benar dapat bekerja maksimal demi tecapainya kesejahteraan rakyat. Sedangkan para menteri yang tergabung dalam kabinet Indonesia Bersatu jilid II, bukan bekerja untuk mencari keuntungan kelompok parpolnya terlebih pribadi. Bila terjadi seperti ini, kita harus berani meneriakkan pecat menteri bersangkutan. Dan Pada pemilu lima tahun ke depan, kita teriakkan boikot parpol bersangkutan, dengan cara elegan tentunya, yakni, jangan pilih parpol tersebut. Sehingga parpol tersebut terpuruk.
Yang jelas, sebagai rakyat, mengharapkan pemerintah dibawah kepemimpinan SBY-Budiono benar-benar dapat bekerja maksimal demi tecapainya kesejahteraan rakyat. Sedangkan para menteri yang tergabung dalam kabinet Indonesia Bersatu jilid II, bukan bekerja untuk mencari keuntungan kelompok parpolnya terlebih pribadi. Bila terjadi seperti ini, kita harus berani meneriakkan pecat menteri bersangkutan. Dan Pada pemilu lima tahun ke depan, kita teriakkan boikot parpol bersangkutan, dengan cara elegan tentunya, yakni, jangan pilih parpol tersebut. Sehingga parpol tersebut terpuruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML http:www.Fathurohman69@yahoo.com>