
Tilik Kubur Ngiras - Ngirus Halal Bi HalalHari Raya Idul Fitri, momentum bagi umat muslim untuk saling bersilaturrahmi, termasuk mensilaturahmini ortu yang telah pindah di alam baka. Pemakaman Umum Bergota, sebagai kuburan terbesar di Semarang, ketika Hari yang fitri, sehabis sholat Id, makam ini bagai lokasi pariwisata. Masyarakat Semarang dari berbagai penjuru datang ke makam ini. "Tilik Kubur" istilah semarangannya. Di sini, kita akan bertemu sanak saudara yang sama-sama atau baru saja selesai tilik kubur. Jadi suasana halal bi halal atau salin maaf memaafkan sesama muslim sudah terbangun, ketika sama-sama mau tilik kubur di Bergota.
Tadi malam, aku menghadiri halal Bi halal di langgar Batan Gambir, Kelurahan Miroto. Ustadz menjelaskan puasa, iman dan halal bi halal. Allah SWT memerintahkan puasa hanya bagi hambanya yang beriman (percaya secara tauhid) "Yaa ayyuhalladiina aamanu" bukan bagi semua hambanya. Sehingga bagi mereka yang tak memiliki iman kepada Allah SWT, terbebas dari perintah menunaikan puasa ramadhan satu blan penuh.
menurut ustadz Muhkrowi, itu sebagai konsekuensi sebagai orang yang beriman. Sedangkan orang yang beriman itu, memiliki ciri2 antara lain, aqimiissholah, artinya mendirikan sholat. Kata mendirikan ini memiliki makna perilaku beribadah sholat secara kontinyu sampai akhir hayat. Menunaikan sholat tanpa terhalang dengan keadaan apapun. Ciri selanjutnya, orang beriman menyadari bahwa harta yang dimilikinya itu sebagiannya adalah hak orang lain. Maka, harta kekayaannya itu akan ia salurkan kepada mereka yang berhak menerima. Ini merupakan bentuk kepedulian sosial yang nyata.
Bila, potensi amal harta milik orang beriman ini di dayagunakan secara maksimal dengan manajemen pengelolaan keuangan yang tertib dan amanah, betapa memberi peluang orang muslim yang miskin, anak yatim dan mereka yang sulit mengakses modal, dapat tertolong dengan hartanya orang beriman.
Ciri lainnya, orang beriman senantiasa menjalin dan menyambung silaturrahmi. Oleh karenanya, syawal sebagai bulan peningkatan iman dan amal, sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari anjuran untuk bersilaturrahmi. Silaturrahmi inilah sebagai buah dari perayaan halal bi halal. Perilaku silaturrahmi itu seorang yang beriman tidak akan melewatkan :
1. Sholat berjamaah. Karena dengan sholat berjamaan di mushola atau masjid, selain mendapatkan pahala 27 % dengan tanpa disadari jalinan silaturrahmi sesama orang beriman terjalin terus-menerus. Sehingga semakin menguatkan tali ukhuwah islamiyah.
2. Menjenguk orang sakit. Ini pun juga memiliki unsur menjalin silaturrahmi. Orang yang sakit akan mendapatkan dorongan moral sehingga mendorong keinginan dirinya untuk sembuh sangat kuat. Orang yang menjenguk mendoakan supaya si sakit cepat diberi kesembuhan. Jelas, perilaku yang demikian mulia ini akan menjadi jalinan ukhuwah yang sangat kuat di natara keduanya.
3. Ta'ziah ke tempat orang yang meninggal dunia. Pada kegiatan ini, kita akan betemu sanak keluarga orang yang meninggal. Juga bertemu dengan para ta'ziah lainnya.
4. Menjaga kehormatan tetangga. Bagi orang yang beriman tetangga adalah "saudara paling dekat". Dalam posisi suka atau duka tetangga meliki nilai lebih utama. Sehingga akan dosa seseorang jika dirinya kenyang sementara tetangganya sampai kelaparan.
5. Menjalin tali silaturrahmi.
Materi di atas yang dapat aku serap pada pengajian Halal Bi halal tadi malam. Si Ustadz menyampaikan materinya super serius. tidak ada tawa, sedikit senyum dan tidak ada sholawatan sebagaimana ustadz -ustadz lainnya. Yach, mesti demikian, lumayan sebagai tarbiyah bagi masyarakat.
Pak Widi komentarnya, nek gak ono lucune. Ngajine bikin ngantuk berat. Rasane suwi banget.