Sabtu, 21 November 2009

Lawang SEwu




Lawang Sewu salah satu bangunan bersejarah di Kota Semarang yang masih terawat dengan baik. Pengelolaan Lawang Sewu merupakan hak penuh PT Kereta Api Indonesia. Karena memang sejarah dari bangunan ini, pada masa Penjajahan Belanda, dimanfaatkan sebagai pusat perkeretaapian di Jawa, khususnya Jawa Tengah.
Semarang sangat beruntung memiliki LAwang Sewu. Karena nyatanya, bangunan ini begitu kokoh dan memiliki nilai arsitektur yang sedemikian indah. Bangunan ini secara keseluruhan berbentuk huruf "U" yang simetris. Nampak dari depan, dua kubah pada kanan dan kiri bangunannya merupakan ciri tersendiri. Bangunannya terdiri dari tiga lantai. Dua lantai memiliki lorong-lorong panjang dengan deretan ruangan - ruangan yang memiliki ukuran daun pintu yang besar pula. Demikian halnya pada bangunan lantai duanya juga memiliki ruangan dengan daun pintu yang besar pula. Sehingga meski tanpa menggunakan alat pendingan ruangan pun, setiap ruangan Lawang Sewu terasa sejuk. Kemudian pada lantai tiga, terdapat, ruangan semacam aula yang dihiasi dengan ventilasi-ventilasi ukuran sedang, sehingga terkesan bangunan ini memiliki daun pintu dan ventilasi sebegitu banyak. Oleh karenanya, orang Semarang memberikan nama bangunan ini dengan sebutan LawangSewu.
Meski belum resmi dijadikan obyek wisata, Lawang Sewu seperti menjadi tujuan wisata utama bagi wisatawan domestik ataupun internasional. Jujur saja, memang Lawang Sewu layak untuk dijadikan tujuan wisata sejarah ataupun arsitektur bagi yang memiliki minat dibidang arsitektur. Di belakang Lawang Sewu terdapat kanal kecil. Kanal ini dikenal sebagai Kali Semarang. Bila Anda dapat menikmati suasana Lawang Sewu, maka pilihlah lokasi bangunan yang berada di belakang dan Anda nikmati gemericik aliran sungainya, ehm... terasa sangat nyaman. Nah, bisa dibayangkan betapa indahnya, lawang sewu dua ratus tahun lalu, ketika dibelakang lawang sewu masih sangat hijau.

Memiliki aura mistis

Lawang Sewu merupakan saksi sejarah perjuangan kemerdekaan masyarakat Semarang. Di sekitar Lawang Sewu merupakan ajang perjuangan berdarah-darah warga Semarang. Peristiwa pertempuran hingga lima hari dikenal dengan pertempuran lima hari.
Pada masa pendudukan Jepang, Lawang Sewu sendiri merupakan tempat para pejuang dibunuh, dipenjarakan di penjara bawah tanah. Ketika VOC Belanda masih bercokol, bangunan ini dibuat dengan keringat dan darah masyarakat Semarang. Ketika Jepang menyerah, para pejuang juga melakukan pembantian terhadap tentara Jepang di Lawang Sewu.
Rangkaian peristiwa sejarah yang berkaitan erat dengan keberadaan Lawang Sewu, hingga kini, suasana mistis masih sangat terasa, khususnya lorog-lorong bawah tanah yang dijadikan tahanan. Nampaknya, aura mistis ini pula yang membuat wisatawan ingin tahu Lawang Sewu.

Rabu, 18 November 2009

Kirab Budaya Semen Gresik

Semen Gresik menggelar kirab budaya di Kota Semarang. Acara ini dikemas pula dengan acara jalan sehat yang diikuti sekitar 5000 peserta.
Antusias warga Semarang mengikuti acara Kirab Budaya ini, sebagai dukungan kepada Pemerintah Kota Semarang untuk nguri-nguri budaya dan kesenian Semarang dan umumnya budaya Indonesia.
Pada Kirab budaya ini acara berkesenian secara kolosal ternyata mampu memberikan hiburan kepada masyarakat. Karena nyatanya, kesenian-kesenian yang ditampilkan mampu memberikan warna dan nuansa baru kesenian dan budaya lokal.
Kota Semarang menampilkan budaya mantenan Kaji sebagai budaya khas Semarang. Kemudian tarian warak ngendok serta Barongsai.
Tarian Kolosal "Buto Pakis" memberikan warna yang sangat kuat, sehingga masyarakat dan peserta jalan sehat antusias mengikuti jalannya kirab budaya. Demikian halnya dengan kesenian jatilan serta kesenian wayang orang yang menampilkan Pandawa. Mungkin baru kali ini, para Pandawa menunggang Kuda dalam penampilannya di muka umum.
Yang menarik dari Pandawa ini, malah ketika mereka beraksi di atas panggung. Ketika mereka peragakan tarian khas tokoh Pandawa, seperti Bima (Werkudoro), Arjuno serta lainnya. Aksi mereka menarik para fotografer amatir ataupun profesional tidak menyia-yiakan moment ini untuk di abadikan.