Lawang Sewu salah satu bangunan bersejarah di Kota Semarang yang masih terawat dengan baik. Pengelolaan Lawang Sewu merupakan hak penuh PT Kereta Api Indonesia. Karena memang sejarah dari bangunan ini, pada masa Penjajahan Belanda, dimanfaatkan sebagai pusat perkeretaapian di Jawa, khususnya Jawa Tengah.
Semarang sangat beruntung memiliki LAwang Sewu. Karena nyatanya, bangunan ini begitu kokoh dan memiliki nilai arsitektur yang sedemikian indah. Bangunan ini secara keseluruhan berbentuk huruf "U" yang simetris. Nampak dari depan, dua kubah pada kanan dan kiri bangunannya merupakan ciri tersendiri. Bangunannya terdiri dari tiga lantai. Dua lantai memiliki lorong-lorong panjang dengan deretan ruangan - ruangan yang memiliki ukuran daun pintu yang besar pula. Demikian halnya pada bangunan lantai duanya juga memiliki ruangan dengan daun pintu yang besar pula. Sehingga meski tanpa menggunakan alat pendingan ruangan pun, setiap ruangan Lawang Sewu terasa sejuk. Kemudian pada lantai tiga, terdapat, ruangan semacam aula yang dihiasi dengan ventilasi-ventilasi ukuran sedang, sehingga terkesan bangunan ini memiliki daun pintu dan ventilasi sebegitu banyak. Oleh karenanya, orang Semarang memberikan nama bangunan ini dengan sebutan LawangSewu.
Meski belum resmi dijadikan obyek wisata, Lawang Sewu seperti menjadi tujuan wisata utama bagi wisatawan domestik ataupun internasional. Jujur saja, memang Lawang Sewu layak untuk dijadikan tujuan wisata sejarah ataupun arsitektur bagi yang memiliki minat dibidang arsitektur. Di belakang Lawang Sewu terdapat kanal kecil. Kanal ini dikenal sebagai Kali Semarang. Bila Anda dapat menikmati suasana Lawang Sewu, maka pilihlah lokasi bangunan yang berada di belakang dan Anda nikmati gemericik aliran sungainya, ehm... terasa sangat nyaman. Nah, bisa dibayangkan betapa indahnya, lawang sewu dua ratus tahun lalu, ketika dibelakang lawang sewu masih sangat hijau.
Memiliki aura mistis
Lawang Sewu merupakan saksi sejarah perjuangan kemerdekaan masyarakat Semarang. Di sekitar Lawang Sewu merupakan ajang perjuangan berdarah-darah warga Semarang. Peristiwa pertempuran hingga lima hari dikenal dengan pertempuran lima hari.
Pada masa pendudukan Jepang, Lawang Sewu sendiri merupakan tempat para pejuang dibunuh, dipenjarakan di penjara bawah tanah. Ketika VOC Belanda masih bercokol, bangunan ini dibuat dengan keringat dan darah masyarakat Semarang. Ketika Jepang menyerah, para pejuang juga melakukan pembantian terhadap tentara Jepang di Lawang Sewu.
Rangkaian peristiwa sejarah yang berkaitan erat dengan keberadaan Lawang Sewu, hingga kini, suasana mistis masih sangat terasa, khususnya lorog-lorong bawah tanah yang dijadikan tahanan. Nampaknya, aura mistis ini pula yang membuat wisatawan ingin tahu Lawang Sewu.